Minggu, 07 Desember 2014

Memahami Budaya Minahasa

Bacerita tentang budaya so pasti banyak akan berpikiran tentang Penyembahan Berhala, Percaya Roh Orang mati, Tahyul, dsb. Namun hal ini adalah pandangan dari sebagian orang yang merasa benar, suci, sok alim dsb....

Dari pengalaman yang ditemukan baik itu wawancara, pengamatan maupun analisa, terdapat orang-orang jaman sekarang yang memiliki kepribadian maupun sifat yang abu-abu. Contoh : Saat orang menilai tentang budaya/Kebiasaan Orang Tua<Leluhur>, maka yang terpikir adalah pengajaran/doktrin dari suatu agama yang ada saat ini khususnya di Minahasa adalah mayoritas Kristen <Protestan/Katolik> yang bertentangan, supaya lebe dapa lia tu model bagitu, lia jo di grup budaya minahasa dimana sebagian orang posting tentang budaya ada yang koment tentang Firman Tuhan dan menghakimi bahwa so dorang tu butul samua (Nda tau ba baca nama grup atau kesasar tu orang-orang itu..???).

Terkadang saat melihat prilaku orang yang demikian membuat saya tertawa, pastiu, dll, walaupun sebenarnya hal tersebut tidak salah asalkan kita berjalan pada keyakinan kita dengan tidak ada kemunafikan.

Untuk memperjelas saya akan meberikan contoh prilaku yang so-soan, dimana disisi lain tidak percaya namun pada sisi yang lainnya percaya (Aneh tapi nyata):
  • Kalu bajalang ada orang yang bersin menandakan ada sesuatu yang mo jadi (ada yang ja percaya ada juga nda)
  • Ada yang nda percaya tentang titisan <mempunyai karunia secara turun temurun> namun anehnya kalu ada yang cilaka kong <patah kaki,tangan>, dorang yang nda percaya tu budaya malah picari tukang uru yang pada dasarnya karunia dari tukang ba uru itu diturunkan dari orang tua/opa/oma sehingga setiap tukang uru pantang skali trima doi karna itu pantangan dari tua-tua (Mar ada nda percaya budaya cuma tetap ja pake orang yang mempunyai karunia <titisan> Anehhhh memang !!!)
  • Ada lei tu orang kalu bacerita "so jaman bagini lei masih percaya-percaya bagitu" mar kenyataannya dia pe kalakuan lebe parah (Pamabo, pang baroko, karlota, suka menghakimi,dll)
  • Ada juga yang bicara "ah kita nda ja pake kwa tu bagitu" tapi anehnya dalam pengalaman pribadinya banyak bertemu dengan dunia Budaya serta mempraktekkan itu cerita-cerita dari orang tua <Aneeehhhh???>
Masih banyak contoh yang bisa torang mo lia tu jenis orang abu-abu, munafik, dll, cuma torang nilailah pribadi kita masing-masing serta belajar menghargai apa yang dipercayai orang lain.

Ada yang selama ini mungkin bertanya-tanya "Pemahaman yang benar tentang mengikuti Budaya/Kebiasaan Leluhur sebenarnya bagimana ???". Sebenarnya hal itu tidaklah susah karena intinya seseorang yang memahami budaya haruslah mengikuti Filosofi Orang Tua "Maleos-leosan, Masigi-sigian, Maupu-upusan, Matombo-tombolan, Masawa-sawangan, dll" dan hal-hal tersebut sama seperti yang diajarkan dalam pengajaran setiap Agama yaitu tentang KASIH dan apabila Filosofi tersebut belum ada pada pribadi kita maka hal itu yang harus dipertanyakan tentang pemahaman kita.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman yang dangkal dari seseoranglah yang membuatnya sesat serta tidak mau menerima suatu perbedaaan yang sebenarnya maksud dan tujuannya sama yaitu KASIH. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;